MAKALAH KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat
Allah SWT, karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis diberikan kekuatan dan
kesabaran serta pikiran yang terbuka sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
sesuai pada waktunya dengan judul “Komunikasi Antar Budaya”. Sholawat serta
salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga,
sahabat, dan sampai kepada umatnya.
Penulis menulis makalah ini bertujuan untuk
memenuhi tugas Pengantar Ilmu Komunikasi yang ditugaskan, dan penulis berharap
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran dan
kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR
ISI........................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN.................................................................................... 1
A. Latar
Belakang Masalah....................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................................ 1
C. Tujuan
Masalah.................................................................................................... 2
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
A. Pengertian Komunikasi Antar Budaya................................................................. 3
B.
Tujuan dan Fungsi
Komunikasi Antar Budaya................................................... 4
C.
Hubungan Komunikasi
dan Budaya.................................................................... 6
D.
Hambatan Komunikasi
Antar Budaya................................................................. 8
E.
Hubungan Prasangka
dan Efektivitas ................................................................. 12
BAB III PENUTUP............................................................................................. 13
A. Simpulan............................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia sebagai mahluk sosial senantiasa
saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Sehingga dengan demikian peran
komunikasi sangat penting dan dibutuhkan. Dalam hidup bermasyarakat, apabila
seorang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain akan sulit bersosialisasi
dengan masyarakat. Sebagaimana menurut carey bahwa komunikasi itu merupakan
proses yang melekat pada kehidupan kita sehari-hari yang menginformasikan
bagaimanakita menangkap, memahami, dan mengkontruksi pandangan kita terhadap
realitas yang ada.
Sejak dulu masyarakat indonesia dikenal dengan
banyaknya keanekaragaman suku, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya.
Sehingga tidak asing lagi bagi kita selaku Warga Negara Indonesia dengan adanya
perbedaan budaya yang beranekaragam dikarenakan wilayahnya yang luas.
Budaya merupakan suatu tingkah laku yang
dipelajari oleh anggota suatu kelompok sosial. Dimana seseorang berkomunikasi dengan
orang yang berbeda budaya akan menyesuaikan perbedaan-perbedaanya itu.
Walaupun komunikasi antar budaya sedikit
agak sulit dan susah karena berbedanya kebudayaan, akan tetapi itu merupakan
suatu proses untuk mempelajari suatu budaya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis
merumuskan beberapa masalah yaitu:
1.
Apa pengertian Komunikasi Antar Budaya?
2.
Apa tujuan dan Fungsi Komunikasi Antar Budaya?
3.
Bagaimana Hubungan Komunikasi Antar Budaya?
4.
Apa saja Hambatan Komunikasi Antar Budaya?
5.
Bagaimana Hubungan dan efektivitas Komunikasi Antar
Budaya?
C.
Tujuan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, penulis
memiliki tujuan yang berkaitan dengan latar belakang masalah diatas, yaitu
untuk:
1.
Mengetahui pengertian komunikasi antar budaya.
2.
Mengetahui tujuan dan fungsi komunikasi antar budaya
3.
Mengetahui hubungan komunikasi antar budaya
4.
Mengetahui hambatan komunikasi antar budaya
5.
Mengetahui keefektifan komunikasi antar budaya
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Komunikasi Antar Budaya
1.
Pengertian komunikasi
Kata ”komunikasi” berasal dari bahasa latin, communis,
yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antar dua orang
atau lebih. Akar katanya adalah communis adalah communico, yang
artinya berbagi (stuart, 1983). Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman
bersama melalui pertukaran pesan. Menurut Onong Uchyana komunikasi
proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang ( komunikator) kepada
orang lain (komunikan). Menurut Carl I.
Hovland komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator)
menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah
perilaku orang lain (komunikate). Menurut Tubb dan Moss komunikasi adalah
proses penciptaan makna antara dua orang ( komunikator 1 dan komunikator 2)
atau lebih.
2. Pengertian Budaya
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa sansekerta “buddhayah” yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi,
yang berarti “budi” atau “akal”. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai
hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan
disebut Culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu
mengolah atau mengerjakan. Kata Culture kadang diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa indonesia. Kebudayaan adalah keseluruhan pemikiran dan
benda yang dibuat atau diciptakan oleh manusia dalam perkembangan sejarahnya.
Menurut M. Haris budaya adalah tradisi dan gaya hidup yang dipelajari dan
didapatkan secara sosial oleh anggota dalam suatu masyarakat, termasuk cara
berpikir, perasaan dan tindakan yang terpola dan dilakukan berulang-ulang.
Menurut Geertz budaya adalah pola pemaknaan yang terwujud dalam bentuk-bentuk
simbolis yang ditransmisikan secara historis yang melaluinya orang
berkomunikasi, mengabadikan, dan mengembangkan pengetahuannya, tentang sikap
terhadap hidup.
3. Pengertian Komunikasi Antar Budaya
Menurut Carley H. Dood komunikasi antarbudaya adalah pengiriman dan
penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan
efek-efek yang berbeda. Menurut Young Yun Kim komunikasi antarbudaya adalah
suatu peristiwa yang merujuk dimana orang-orang yang terlibat didalamnya, baik
secara langsung maupun tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang
berbeda. Menurut Sitaram dan Cogdell komunikasi antar budaya adalah interaksi
antar para anggota kebudayaan yang berbeda.
Menurut Samovar dan Porter komunikasi antarbudaya terjadi manakala bagian
yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang
budaya pengalaman yang berbeda dan mencerminkan nilai yang dianut oleh
kelompoknya, baik berupa pengalaman, pengetahuan, maupun nilai. Dan menurut
Stewart komunikasi antarbudaya adalah komunikasi yang terjadi dibawah suatu
kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, serta adat istiadat dan
kebiasaan.
Dari seluruh definisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan
pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya
proses komunikasi antarbudaya.
B.
Tujuan dan Fungsi Komunikasi Antar Budaya
No.
|
Fungsi Komunikasi
|
Pengertian
|
1.
|
Sosial
|
Fungsi komunikasi sosial setidaknya
mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita,
akulturasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan,
terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur,
dan memupuk hubungan dengan orang lain
|
2.
|
Ekspresif
|
Komunikasi Ekspresif tidak otomatis
bertujuan mempengaruhi orang lain, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi
tersebut menjadi instrumen untuk menyampaika perasaan-perasaan (emosi) kita.
|
3.
|
Ritual
|
Suatu komunikasi sering melakukan
upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut
para antropolog sebagai rites of
pasage, mulai dari upacara kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi Happy Birthday dan pemotongan kue),
pertunangan (Pertukaran cincin), siraman, pernikahan, (ijab qabul, sungkeman
kepada orang tua, sawer, dan sebagainya), ulang tahun perkawinan, hingga
upacara kematian.
|
4.
|
Isntrumental
|
Komunikasi yang berfungsi memberitahukan
atau menerangkan (to inform) mengandung
muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya
mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikanya akurat dan layak di
percayai.
|
Budaya mempengaruhi komunikasi dalam banyak hal. Budayalah yang
menentukan waktu dan jadwal peristiwa-peristiwa antar pesona, tempat-tempat
untuk membicarakan topik tertentu, jarak dam fisik yang memisahkan seorang
pembicara dengan orang lainya, nada suara yang sesuai untuk pemicaraan
tertentu. Budaya, dalam hal ini,
melukiskan kadar dan tipe kontak fisik yang dituntut oleh adat kebiasaan, dan
intensitas emosi yang meyertainya. Budaya meliputi hubungan antara apa yang
dikatakan dengan apa yang dimaksudkan seprti “Tidak” maksudnya “mungkin” dan “besok”
maksudnya “tidak pernah”. Oleh karna itu komunikasi antarbudaya mempunyai
tujuan:
a.
Meningkatkan pengetahuan kita tentang diri kita
sendiri dengan menjelaskan sebagian dari prilaku-prilaku komunikatip yang tidak
kita sadari.
b.
Menjelaskan kendala-kendala terhadap pemahaman
atas proses lintas budaya yang selama ini hampir tidak teratasi. Kita juga tau
bahwa komunikasi tidak hanya meliputi kata-kata, tapi juga meliputi
prilaku-prilaku lain mendasari apa yang sedang terjadi dan mendasari
kesimpulan-kesimpulan tentang apa yang sudah terjadi pada masa lalu.
C. Hubungan Komunikasi dan Budaya
Secara formal, budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan,
pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna dan diwariskan dari generasi ke
generasi, melalui usaha individu dan kelompok. Budaya menampakkan diri dalam
pola-pola bahasa dan bentuk-bentuk kegiatandan perilaku; gaya berkomunikasi;
objek materi, seperti rumah, alat dan mesin yang digunakan dalam industri dan
pertanian, jenis transportasi, dan alat-alat perang.
Budaya berkesinambungan dan hadir dimana-mana; budaya juga
berkenaan dengan bentuk fisik serta lingkungan sosial yang mempengaruhi hidup
kita. Secara pasti, budaya mempengaruhi kita sejak dalam kandungan hingga mati
bahkan setelah mati, kita dikuburkan dengan cara yang sesuai dengan budaya
kita.
Hampir semua pengertian budaya mengenali bahwa budaya merupakan
sesuatu yang dipelajari, tidak diwatiskan secara genetis.Budaya juga berubah
ketika orang-orang berhubungan antara satu dengan yang lainnya. Artinya, budaya
dan komunikasi tidak dapat dipisahkan sebab hubungan tidak hanya menentukan
siapa bicara siapa, tentang apa dan bagaimana komunikasi berlangsung, tetapi
budaya juga turut menentukan orang menyandi pesan, makna yang ia miliki untuk
pesan dan kondisi-kondisinya untuk mengirim, memperhatikan, dan menafsirkan
pesan.
Sebenarnya, seluruh perbendaharaan perilaku
kita sangat tergantung budaya kita dibesarkan.Konsekuensinya, budaya merupakan
landasan komunikasi.Bila budaya beraneka ragam, maka beragam pula
praktik-praktik komunikasi.Selain itu, penciptaan dan pemeliharaan budaya
terjadi melalui komunikasi.
Ketika kita berbicara dengan teman kita;
ketika orang tua membesarkan anaknya; ketika seorang nenek mewariskan resep
makanan kepada cucunya; ketika politikus berkampanye; ketika profesional media
memproduksi ini pesan yang kita lihat, baca, dengarkan atau tonton, makna
sedang dibagikan dan budaya sedang dikonstruksi dan dipelihara.
Suatu tradisi budaya dan nilai-nilai yang dipelajari dapat
dipandang sebagai cara berpikir, berperasaan, dan bertindak yang terpola dan
terus berulang. Budaya membatasi pilihan kita dan menyediakan petunjuk yang
berguna untuk mengambil suatu tindakan.Budaya menyediakan infomasi yang
menolong kita memberi batasan tentang hal yang benar dan salah; sesuai dan
tidak sesuai; baik dan buruk; menarik dan tidak menarik; dan seterusnya.
Hal-hal tersebut diatas dapat terjadi melalui komunikasi.Sepanjang
kehidupan komunikasi, kita sudah mempelajari hal-hal yang diharapkan oleh
budaya dari kita.Dua contoh yang diberikan di sini adalah hasil positif dampak
budaya yang membatasi. Akan tetapi, dampak budaya yang membatasi dapat
berakibat negatif, seperti ketika kita tidak mau atau ketika kita tidak
mengubah cara berpikir, bertindak, dan berperasaan yang berpola dan berulang,
atau ketika kita mempercayakan “pembelajaran” kita kepada guru yang memiliki
kepentingan yang berpusat pada diri sendiri, sempit, atau mungkin justru tidak
sesuai dengan pemikiran kita.
Contohnya, budaya Amerika menghargai
kelangsingan dan kecantikan pada diri wanita sehingga banyak wanita yang
bertahan menjalani diet yang tidak sehat selama berminggu-minggu, atau menyerah
pada prosedur pembedahan yang berbahaya demi memperoleh tubuh yang bagi
kebanyakan wanita tidak dapat dicapai secara fisik. Banyak juga pria (dan
wanita lainnya) yang tidak pernah tahu, menyukai, atau bahkan mencintai wanita
yang tidak dapat mencapai standar langsing dalam budaya kita.
Sekarang coba kta pikirkan penyebab terjadinya
situasi ini.Saat kita masih bayi, ibu kita tidak berkata bahwa langsing itu
bagus dan gemuk itu buruk.Namun ketika kita mendengarkan kisah-kisah atau
menonton film saat beranjak dewasa, tokoh utama wanita selalu tampil cantik dan
langsing. Pesan yang melekat pada sadar (dan bawah sadar) pada setiap anak
perempuan dan laki-laki: Kamu tidak akan mungkin terlalu langsing atau terlalu
cantik.
Pesan ini dan jutaan pesan lainnya sampai
kepada kita terutama lewat media, dan walaupun bukan berarti orang-orang yang
memproduksi media ini mementingkan diri sendiri dan jahat, tidak dapat
dipungkiri motivasi mereka adalah uang. Kontribusi mereka terhadap cara kita
berpikir, berperasaan, dan bertindak dalam budaya kita sudah pasti bukan
pertimbangan utama mereka ketika mempersiapkan komunikasi ini.
Budaya adalah dunia yang dibuat bermakna;
sesuatu yang dekonstruksi secara sosial dan dijaga melalui komunikasi.Budaya
membatasi sekaligus membebaskan kita; membedakan sekaligus menyatukan
kita.Budaya mendefinisikan realitas kita sehingga membentuk hal yang kita
pikirkan, rasakan, dan lakukan.
D.
Hambatan Komunikasi Antar Budaya
Secara umum Hambatan komunikasi antarbudaya sama dengan jenis
Komunikasi lainnya. Namun, ada beberapa hambatan yang lebih signifikan daripada
jenis lainnya:
1.
Hambatan
sosio-antro-psikologis
Proses
berkomunikasi berlangsung dalam konteks situasional. Ini berarti bahwa
komunikator harus memperhatikan situasi ketika komunikasi dilangsungkan, sebab
situasi amat berpengaruh terhadap kelancaran komunikasi,terutama situasi yang
berhubungan dengan faktor-faktor sosiologis-antropologis-psikologis.
a.
Hambatan
sosiologis
Seorang sosiologis Jerman bernama Ferdinand Tonnies
mengklasifikasikan kehidupan manusia dalam masyarakat menjadi dua jenis
pergaulan yang ia namakan Gemeinschaft dan Gesellschaft. Gemeinschaft adalah
pergaulan hidup yang bersifat pribadi, statis, dan tak rasional, seperti dalam
kehidupan rumah tangga; sedangkan Gesellschaft adalah pergaulan hidup yang
bersifat tak pribadi, dinamis, dan rasional, seperti pergaulan di kantor atau
dalam organisasi.
Berkomunikasi dalam Gemeinschaft dengan istri
dan anak tidak akan menjumpai banyak hambatan karena sifatnya personal atau
pribadi sehingga dapat dilakukan dengan santai; adalah lain dengan komunikasi
dalam Gesellschaft. seseorang yang bagaimananapun tingginya kedudukan yang ia
jabat, ia akan menjadi bawahan orang lain. Seorang kepala desa mempunyai
kekuasaan di daerahnya, tetapi ia harus tunduk kepada camat; camat akan lain
sikapnya ketika ia berkomunikasi dengan seorang bupati; dan seorang bupati
ketika berkomunikasi dengan gubernur tidak akan sesantai tatkala menghadapi
camat; seorang gubernur akan berbungkuk-bungkuk sewaktu berhadapan dengan
menteri begitupun seterusnya.
Seorang letnan yang terlibat dalam komunikasi dengan sesama letnan
tidak akan kaku karena situasi komunikasi bersifat horizontal. Demikian pula
bila berhadapan dengan seorang kopral, tetapi akan lain jika letnan tadi
memberikan laporan kepada seorang colonel.
Masyarakat terdiri dari berbagai golongan dan
lapisan, yang menimbulkan perbedaan dalam status sosial, agama, ideologi,
tingkat pendidikan, tingkat kekayaan, dan sebagainya, yang kesemuanya dapat
menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi.
b.
Hambatan
antropologis
Manusia meskipun satu sama lain sama dalam jenisnya sebagai mahluk
“Homosapiens”, tetapi ditakdirkan berbeda dalam banyak hal. Berbeda dalam
postur, warna kulit, dan kebudayaan, yang pada kelanjutannya berbeda dalam gaya
hidup (way of life), norma, kebiasaan, dan bahasa.
Dalam melancarkan komunikasinya, seorang
komunikator tidak akan berhasil apabila ia tidak mengenal siapa komunikan yang
dijadikan sasarannya. Yang
dimaksudkan dengan “siapa” disini bukan nama yang disandang melainkan rasa apa,
bangsa apa, atau suku apa. Dengan mengenal dirinya, akan mengenal
kebudayaannnya, gaya hidup, dan norma kehidupannya, kebiasaan dan bahasanya.
Komunikasi akan berjalan lancer jikaa suatu pesan yang disaampaikan
komunikator diterima oleh komunikan secara tuntas, yaitu diterima dalam pengertian
received atau secara inderawi, dan dalam pengertian accepted atau secara
rohani.
c.
Hambatan
psikologis
Faktor psikologis sering menjadi hambatan dalam komunikasi.Hal ini
umumnya disebabkan si komunikator sebelum melancarkan komunikasinya tidak
mengkaji diri komunikan.Komunikasi sulit untuk berhasil apabila komunikan
sedang sedih, bingung marah, merasa kecewa, merasa iri hati, dalam kondisi
psikologis lannya; juga jika komunikasi menaruh prasangka (prejudice) kepada
komunikator. Prasangka merupakan salah satu hambatan berat bagi kegiatan
komunikasi, karena orang yang berprasangka belum apa-apa sudah bersikap
menentang komunikator; barangkali ia dapat mengambil kesimpulan tanpa
menggunakan pikiran secara rasional. Prasangka dapat disebabkan oleh aspek antropologis
dan sosiologis.
d.
Hambatan
semantic
Faktor semantik menyangkut bahasa yang diperguankkan komunikator
sebagai “alat” untuk menyalurkan pikiran dan perasaannya kepada komunikan.Demi
kelancaran komunikasinya seorang komunikator harus benar-benar memperhatikkan
gangguan semantis ini, sebab salah ucap atau salah tulis dapat menimbulkan
salah pengertian atau salah tafsir (misinterpretation), yang pada gilirannya
bisa menimbulkan salah komunikasi (miscommunication).
Sering kali salah ucap disebabkan si komunikator berbicara terlalu
cepat sehingga ketika pikiran dan perasaan belum mantap terformulasikan,
kata-kata sudah terlanjur dilontarkan. Maksudnya, akan mengatakan “kedelai”
yang terlontar “keledai”, “demokrasi” yang terlontar “demonstrasi”, dan sebagainya.
Gangguan semantik kadang-kadang disebabkan pula oleh aspek
antropologis, yakni kata-kata yang sama bunyinya dan tulisannya, tetapi
memiliki makna yang berbeda. “rampung” sunda lain dengan “rampung” jawa. “atos”
sunda berbeda dengan”atos” jawa. Dan sebagainya.
Salah komunikasi atau miscommunication ada
kalanya disebabkan oleh pemilihan kata yang tidak tepat, kata-kata yang
sifatnya konotatif yang seharusnya dikatakan dengan kata denotative.
Perkataan “anjing” dalam pengertian denotatif sama saja bagi setiap
orang, yakni binatang berkaki empat, berbulu, dan memiliki daya cium yang
tajam. Dalam pengertian konotatif kata
“anjing” bagi seorang kiai yang fanatic merupakan binatang najis; dalam
hubungan ini perkataan “anjing” mengandung makna evaluative.
Jadi, untuk menghilangkan hambatan semantik
dalam komunikasi, seorang komunikator harus mengucapkan pernyataannya dengan
jelas dan tegas, memilih kata-kata byang tidak menimbulkan persepsi yang salah,
dan disusun dalam kalimat-kalimat yang logis.
e.
Hambatan
Mekanis
Hambatan mekanis dijumpai pada media yang dipergunakan dalam
melancarkan komunikasi. Banyak contoh yang kita alami dalam kehidupan
sehari-hari; suara telepon yang krotokan, ketikan huruf yang buram pada surat,
suara yang hilang –muncul pada pesawat radio, berita surat kabar yamg sulit
dicari sambungan kolomnya, gambar yang meliuk-liuk pada pesawat televisi, dan
lain-lain.
f.
Hambatan
ekologis
Hambatan
ekologis terjadi disebabkan oleh gangguan lingkungan terhadap proses
berlangsungnya komunikasi, jadi datangnya dari lingkungan. Contoh hambatan
ekologis adalah suara riuh orang-orang atau kebisingan lalu lintas, suara hujan
atau petir, suara pesawat terbang lewat, dan lain-lain saat komunikator sedang
berpidato.
Situasi komunikasi yang tidak menyenangkan
seperti itu dapat diatasi komunikator dengan menghindarkannya jauh sebelum atau
dengan mengatasinnya pada saat ia sedang berkomunikasi.
E.
Hubungan Prasangka Sosial dan Efektivitas Komunikasi
Dalam bagian ini akan dibahas hubungan antara
prasangka sosial dan efektivitas komunikasi melalui salah satu perspektif
antropologi, yaitu perspektif etnosentrisme. Perspektif ini
berasal dari perspektif evolusi dan menjelaskan pertumbuhan suatu masyarakat
dari yang homogen menjadi masyarakat
heterogen. Menurut William Graham Summer, perkembangan
itu terjadi karena masyarakat terbentuk atas dasar interaksi pelbagai
kepentingan pribadi dan golongan yang sifatnya antagonistik. Dalam interaksi
tersebut muncul sikap etnosentrisme, yaitu sikap setiap etnik yang sangat ketat
mempertahankan nilai kelompok etniknya sebagai sesuatu yang terbaik daripada
kelompok lainnya. Keterikatan itu memperkuat rasa kita (in
group) dan selalu berprasangka negatif terhadap rasa mereka (out group).
Liliweri (1994:8), etnik merupakan himpunan
manusia yang karena kesamaan ras,agama, asal usul bangsa ataupun kombinasi dari
kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya. Karena setiap orang
atau kelompok cenderung memandang norma dan nilai kelompok budayanya sebagai
sesuatu yang absolut dan dijadikan standar untuk mengukur dan bertindak
terhadap kebudayaan orang lain maka sifat etnik itu disebut etnosentrisme.
Konsep komunikasi antar etnik dari David K
Berlo dan Joseph Devito. Mereka mengartikan komunikasi antar budaya
sebagai bentuk komunikasi antarpribadi dari komunikator dan komunikan yang
berbeda budayanya (baca:etnik). Efektivitas komunikasi itu sangat ditentukan
oleh faktor-faktor : keterbukaan ,empati, perasaan positif,memberikan dukungan,dan
memelihara keseimbangan. Sedangkan prasangka sosial yang menentukan
tiga faktor utama,yaitu stereotip,jarak sosial, dan sikap diskriminasi. Hubungan antara
prasangka dengan komuniksi sangat erat karena prasangka diasumsikan sebagai
dasar pembentukan perilaku komunikasi.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Komunikasi antarbudaya merupakan suatu
komunikasi dengan seseorang yang berbeda budaya. Komunikasi antarbudaya dapat
terjadi bila produsen pesan itu sendiri adalah anggota dari suatu budaya dan
penerima pesannya yaitu dari anggota budaya yang lain. Komunikasi juga
memiliki hambatan yang berakibat pada terjadinya komunikasi yang efektif,
sehingga keefektifan komunikasi akan terjadi apabila terdapat persamaan pesan
antara si pemberi pesan (komunikator)
dengan penerima pesan (komunikan).
DAFTAR PUSTAKA
Baran, Stanley J. 2012. Pengantar Komunikasi Massa. Melek Media dan Budaya. Alih Bahasa: S.Rouli Manalu. Jakarta: Erlangga.
Bungi, Burhan. 2006.” Sosiologi Komunikasi”.
Jakarta: Kencana Media Group.
Daryanto. 2011.“Ilmu Komunikasi”. Bandung: PT
Sarana Tutorial Nurani Sejahtera.
Mulyana, Dedi.
Jalaluddin Rahmat. 2009.”Komunikasi Antarbudaya”.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
. 2013.”Ilmu Komunikasi”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sihabudin, Ahmad. 2013. Komunikasi Antarbudaya Satu
Perspektif Multidimensi. Jakarta: Bumi Aksara.
Uchjana
E., Onong, 2012. “Dinamika
Komunikasi”. Bandung;
Remaja Rosdakarya.
Wahyu, Ramdani. 2008. “Ilmu Budaya Dasar”. Bandung : Pustaka Setia.
Komentar
Posting Komentar