ARTIKEL
ATASI JUMLAH PENGANGGURAN YANG TERDIDIK!!
Indonesia
adalah salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman yang banyak, baik berupa
kebudayaan, keindahan alam, bahasa, agama, termasuk dalam sumber daya
manusianya. Sumber daya manusia yang dimiliki oleh Indonesia itu sendiri
sebagain besar mengeksplor kemampuan dirinya untuk terus berkembang melalui
pendidikan yang salah satunya merupakan Perguruan Tinggi baik itu negeri maupun
swasta. Pendidikan merupakan suatu sarana untuk mengubah kehidupan kearah yang
lebih baik yang dijadikan standar stratifikasi sosial seseorang. Biasanya
seseorang yang berpendidikan akan lebih dihormati oleh orang lain walaupun
berasal dari keluarga yang sederhana, dan dengan sebuah pendidikan pula
seseorang akan mudah untuk mendapatkan suatu pekerjaaan apalagi setelah lulus dari
perguruan tinggi dan memperoleh gelar sarjana.
Namun dalam realitanya, hampir
banyak dari lulusan Sarjana yang menganggur akibat kurangnya lowongan pekerjaan
yang memadai, sehingga yang menjadi permasalahannya ketika para mahasiswa masuk
perguruan tinggi dengan tangan kosong dan berharap setelah lulus menghasilkan
suatu pekerjaan yang lebih baik yang diinginkan, ini malah tidak menghasilkan
apa-apa dan menganggur. Karena itu mungkin bagi mereka yang lulusan sarjana
menganggur, menganggap bahwa perguruan tinggi sama sekali tidak membantu mereka
dalam proses perkembangan menjadi individu yang lebih baik dan mendapat masa
depan baik. Pengangguran seperti ini biasanya dikatakan sebagai penggangguran
sarjana atau pengangguran yang terdidik, dimana pengangguran sarjana ini
merupakan seseorang yang telah lulus dari perguruan tinggi negeri ataupun
swasta dan ingin mendapatkan pekerjaan akan tetapi belum mendapatkannya atau
memperolehnya. Sedangkan sarjana adalah sebuah gelar strata 1 yang diberikan
kepada seseorang setelah menempuh pendidikannya di sebuah perguruan tinggi.
Tuntunan
mutu sebuah pendidikan di Indonesia merupakan suatu kebutuhan yang dapat
dikatakan sangat penting karena sebuah kualitas pendidikan di Indonesia dinilai
oleh banyak kalangan masih sangat rendah. Hal tersebut mungkin dapat terlihat
dari beberapa indikator diantaranya lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi
yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompetensi yang dimiliki.
Dengan kondisi tersebut sulit mengharapkan mereka menjadi agen perubahan social
(social of change) sebagaimana yang
diharapkan masyarakat luas. Rendahnya kualitas pendidikan Indonesia disorot
pula karena banyaknya jumlah lulusan perguruan tingi yang menganggur
.Pengangguran lulusan perguruan tinggi merupakan salah satu dari sekian banyak
isu pendidikan dan ketenagakerjaan yang banyak mendapat perhatian.
Tingginya suatu jumlah pengangguran
dari sebuah perguruan tinggi baik negeri maupun swasta menandakan, adanya
ketidaksesuaian antara lowongan pekerjaan dengan lulusan sarjana. Hal ini
terbukti dari Data Badan Statistik (BPS) yang menyatakan bahwa jumlah lulusan
tinggi yang telah menjadi sarjana yang bekerja sebanyak 12,24 persen. Dimana
jumlah tersebut setara dengan 1,57 juta dari 118,41 juta pekerja di Indonesia.
Sementara pengangguran lulusan perguruan tinggi mencapai 11,19 persen.
Penyebab utama pengangguran lulusan
sarjana, mungkin diakibatkan karena banyaknya lapangan pekerjaan yang kurang
malah tidak sesuai dengan jurusan yang para sarjana itu tempuh pada masa
kuliah, sehingga dengan demikian para sarjana yang berasal dari jenjang
perguruan tinggi baik umum maupun kejuruan tidak akan dapat terserat ke dalam
lapangan pekerjaan. Pendidikan di Indonesia lebih banyak menghasilkan
lulusan-lulusannya untuk menghasilkan lulusan yang pencari kerja bukan sebagai
pencipta kerja, padahal sebenarnya seseorang harus mempunyai keterampilan
diluar bidang akademinya yang dikuasai sehingga mereka menjadi seorang lulusan
sarjana yang siap kerja.
Selain dari bertolak belakangnnya
suatu lowongan kerja dengan jurusan yang diambil ketika para sarjana menempuh pendidikannya di sebuah perguruan
tinggi, para lulusan sarjana juga mungkin malas atau tidak mau bergerak untuk
bangkit dan membuat inovasi yang baru yang tidak hanya ingin sebagai pekerja
formal saja, dan mendapatkan sebuah gaji yang besar. Masalah kualitas
pendidikan juga mempunyai keterkaitannya dengan suatu relevensi pendidikan,
dimana relevensi pendidikan ini merupakan suatu sistem pendidikan yang di ukur
dari keberhasilan sistem dalam menyediakan tenaga kerja terampil dalam jumlah
yang memadai. Sehinnga dengan begitu, maka akan kita lihat keadaan lulusan
pendidikan atau sarjana tampak jelas yang semakin mengkhawatirkan dengan
semakin besarnya penggangguran sekolah menengah dan perguruan tinggi, sehingga
dimungkinkan para lulusan tersebut akan menganggur.
Sebenarnya suatu gelar sarjana tak
melulu memuluskan jalan meraih pekerjaan. Peningkatan jumlah pengangguran
intelektual di Indonesia dinilai akibat dua faktor.
1.
Mungkin karena kompetensi mahasiswa yang
kurang.
2.
Jumlah lapangan pekerjaan di Indonesia
memang tidak terlalu banyak.
Menurut Sofyan Efendi, Masyarakat sebenarnya
lebih banyak membutuhkan teknisi daripada akademisi. Akibatnya, Sekarang masih
banyak sarjana pengangguran, yang dihasilkan dari perguruan tinggi yang tidak
sesuai dari kebutuhan masyarakat. Dimana dalam masyarakat lebih membutuhkan
teknisi, akan tetapi perguruan tinggi lebih banyak menghasilkan akademisi,
sehingga menurutnya menganjurkan sudah seharusnya masyarakat mempunyai SDM yang
baik, seperti mahasiswa-mahasiswa yang didukung dengan keahlian teknis untuk
meningkatkan kualitas SDM sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja lain.
Faktor yang menyebabkan banyaknya pengangguran
sarjana di Indonesia diantaranya sebagai berikut:
a)
Ketidaksesuaian antara karakteristik
lulusan baru yang memasuki dunia kerja (sisi penawaran tenaga kerja) dengan
kesempatan kerja yang tersedia (sisi permintaan tenaga kerja).
b)
Terbatasnya daya serap tenaga kerja di
sektor formal (tenaga kerja terdidik yang jumlahnya cukup besar memberi tekanan
yang kuat terhadap kesempatan kerja di sektor formal yang jumlahnya relatif
kecil).
c)
Belum efisiennya fungsi pasar kerja. Di
samping faktor kesulitan memperoleh lapangan kerja, arus informasi tenaga kerja
yang tidak sempurna dan tidak lancar menyebabkan banyak angkatan kerja bekerja
di luar bidangnya. Kemudian faktor gengsi juga menyebabkan lulusan akademi atau
universitas memilih menganggur karena tidak sesuai dengan bidangnya.
d)
Budaya malas juga sebagai salah satu
factor penyebab tingginya angka pengangguran sarjana di Indonesia. Selain itu,
peningkatan jumlah pengangguran intelektual di Indonesia juga dinilai akibat
dua faktor.
Membludaknya jumlah pengangguran
sarjana di Indonesia memang sudah sepatutnya diatasi agar beban Indonesia untuk
bangkit tidak terlalu terbebani dan menuju Negara maju pun dapat terwujud.
Dengan kompetensi-kompetensi keterampilan yang harus dimiliki oleh para lulusan
agar dapat memnuhi kebutuhan masyarakat. Maka mutu pendidikan pun perlu
ditingkatkan agar kompetensi-kompetensi tersebut dapat dicapai. Dimana
kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang lulusan sarjana yaitu:
a)
Cerdas Spiritual, memiliki makna bahwa mahasiswa
diharapkan mampu beraktualisasi diri melalui olah hati/kalbu untuk menumbuhkan
dan memperkuat keimanan, ketakwaan dan budi pekerti luhur dan kepribadian
unggul.
b)
Cerdas emosional dan sosial, cerdas
emosional memiliki makna bahwa mahasiswa mampu beraktualisasi diri melalui olah
rasa untuk meningkatkan sensitivitas dan apresiativitas akan kehalusan dan
keindahan seni dan budaya,serta memiliki kompetensi untuk mengekspresikannya
sedangkan cerdas sosial memiliki makna agar mahasiswa memiliki kemampuan beraktualisasi
diri melalui interaksi sosial dengan cara (a) membina dan memupuk hubungan
timbal balik, (b)demokratis, (c)empati dan simpati, menghargai kebhinnekaan
dalam bermasyarakat dan bernegara;berwawasan kebangsaan dengan kesadaran akan
hak dan kewajiban sebagai warga negara.
c)
Cerdas Intelektual, memiliki makna bahwa
mahasiswa diharapkan mampu beraktualisasi diri melalui olah pikir untuk
memperoleh kompetensi dan kemandirian dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
serta menjadi insan intelektual yang kritis,kreatif,inovatif,dan imajinatif.
d)
Cerdas Kinestetis, memiliki makna bahwa mahasiswa
diharapkan mampu beraktualisasi diri melalui olahraga untuk mewujudkan insan
yang sehat, bugar, berdayatahan, sigap, terampil, dan trenginas.
Selain meningkatkan mutu pendidikan,
cara mengatasi pengangguran sarjana ialah dengan menananamkan jiwa belajar dan
membaca kepada para sarjana mungkin untuk merubah pola pikir (mindset) mereka
terhadap pekerjaan atau pemenuhan kebutuhan hidup,seperti : (a) Menggiatkan
penyuluhan kepada para sarjana atau para intelektual untuk lebih berorientasi menciptakan pekerjaan
ketimbang mencari kerja atau menjadi pegawai negeri. (b) Merubah sistem
pendidikan di Indonesia yang dapat menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas dan
siap untuk menduduki suatu pekerjaan sesuai dengan keahlian dan ilmunya. (c)
Menanamkan jiwa enterpreneur beserta prakteknya sebelum pelajar atau mahasiswa
menamatkan pendidikanya di PT. (d) Menciptakan lapangan pekerjaan baru dengan
memperbanyak lobi-lobi politik ke negara maupun perusahaan asing (e)
Memberdayakan para sarjana untuk mengembangkan daerah pedesaan serta memberikan
kredit modal usaha dengan bunga ringan agar mereka mampu menciptakansumber
usaha produktif
Selain yang demikian diatas, untuk
mengatasi permasalahan pengangguran sarjana, dapat pula menanamkan rasa ingin
mandiri dan mencoba suatu usaha kecil-kecilan yang tidak harus luas,ketika
masih duduk dibangku kuliah, sehingga dengan demikian apabila seseorang telah
biasa menciptakan sebuah pekerjaan yang dimulai dari kecil-kecilan akan
terbiasa dan setelah lulus setidaknya tidak terlalu menjadi pengangguran,
contoh lain di Universitas Islam khususnya di UIN bandung, banyak
mahasiswa-mahasiswa yang sudah mandiri dengan menciptakan suatu pekerjaan dan
usaha untuk dirinya sendiri, sehingga dengan demikian apabila sebelum lulus
kuliah dan mendapat gelar sarjana telah sukses, kenapa harus menunngu lulus
kuliah?, oleh karena itu sebaiknya cara seperti itu lebih baik daripada
menunngu setelah lulus dan menjadi pengangguran.
Komentar
Posting Komentar